Candi Cetho adalah sebuah peninggalan sejarah Hindu yang berada di lereng sisi sebelah barat Gunung Lawu berlokasi di Dusun Cetha, Kelurahan Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah. Konon Candi Cetho merupakan Candi Tertinggi di Jawa Tengah, Indonesia.
Begitu kita masuk ke gerbang depan Candi Cetho, kita akan disambut gapura Candi Cetha yang gagah dimana mengingatkan kita akan bentuk - bentuk gapura atau candi bentar di Bali. Mengapa bisa berbentuk seperti gapura di Bali ? Hal itu disebabkan gapura tersebut hasil restorasi yang dilakukan oleh tokoh pada masa itu yang bernama Sujana Humardani. Beliau menyadari bahwa Candi Cetho sebagai peninggalan sejarah yang bernuansa Hindu, maka tidak mengherankan bila bangunan yang direstorasi menyesuaikan dengan "candi bentar" pura yang terdapat di wilayah yang dianggapnya sebagai “perpustakaan hidup” Hindu yaitu di Bali.
Pada saat itu tentu saja pemugaran tersebut banyak mendapatkan kritik dari para pakar arkeologi. Seharusnya pemugaran situs purbakala tidak dapat dilakukan tanpa studi yang mendalam. Beberapa objek baru hasil pemugaran yang dianggap tidak arkeologis yang bisa ditemukan di area Candi Cetho antara lain gapura megah pada bagian depan kompleks dengan motif candi bentar atau gapura masuk pura versi Bali, kemudian bangunan-bangunan dari kayu tempat pertapaan, patung-patung yang dinisbatkan sebagai Sabda palon, Nayagenggong, Brawijaya V, dan bangunan kubus pada bagian puncak punden. Puncaknya adalah ketika Bupati Karanganyar periode 2003-2008 - Rina Iriani menempatkan arca Dewi Saraswati di area Candi Cetho. Posisi arca Dewi Saraswati di sebelah timur dan lebih tinggi daripada aras terakhir candi.
Patung Dewi Saraswati tersebut adalah pemberian dari Bupati Gianyar, A.A Gde Agung Barata untuk Bupati Karanganyar Rina Iriani, sebagai bentuk kerjasama dan ikatan persaudaraan antara masyarakat Hindu di Bali dan Jawa. Di kawasan taman Dewi Saraswati ini setiap hari Sabtu Umanis wuku Watugunung (setiap 210 hari) diselenggarakan peringatan Hari Saraswati digelar kesenian tradisional Jawa dan Bali.
Secara keseluruhan, kondisi candi Cetha sekarang ini tinggal sembilan tingkatan punden berundak. Sebelum gapura besar berbentuk “candi bentar”, terlihat dua pasang arca penjaga. Sementara itu pada dinding gapura yang sebelah kanan terdapat inskripsi dengan aksara Jawa Kuno berbunyi “Pelling padamel irikang buku tirtasunya hawakira ya hilang saka kalanya wiku goh anaut iku”. Artinya bahwa fungsi candi ini diperuntukkan sebagai tempat untuk menyucikan diri dan penyebutan tahun pembuatannya pada tahun 1397 Saka atau dalam Masehi 1475 Masehi.
Setelah masuk melalui Candi Bentar, pada aras pertama berupa halaman candi. Aras kedua masih berupa halaman dan pada aras ketiga terdapat sebuah ornamen terhampar di tanah sebuah Arca bedawangnala yang berbentuk seperti kura-kura sebagai simbol inti alam semesta yang bersambung dengan Lingga (alat kelamin laki-laki).
Untuk menjaga kesucian candi, perempuan cuntaka (menstruasi) dilarang melintas di atas Arca ini, bila hal itu dilanggar konon yang bersangkutanakan mendapat kesialan. Selain arca yang berbentuk lingga, di candi ini juga terdapat 12 arca lainnya. Pada bagian sisi kiri (utara) dari aras ini terdapat petilasan Ki Ageng Krincing Wesi yang dipercaya sebagai leluhur masyarakat sekitar.
Pada aras keempat dapat ditemui relief pendek yang merupakan cuplikan kisah Sudhamala yaitu kisah tentang usaha manusia untuk melepaskan diri dari malapetaka. Selanjutnya pada aras kelima dan keenam di kiri kanan jalan terdapat bangunan-bangunan pendapa. Sampai saat ini pendapa-pendapa ini masih digunakan sebagai tempat upacara-upacara besar keagamaan bagi umat Hindu disekitarnya.
Selanjutnya pada aras ketujuh dapat ditemui dua buah arca di samping kanan kiri yang merupakan arca Sabdapalon dan Nayagenggong, dua orang abdi kinasih yang juga merupakan penasehat spiritual Sang Prabu Brawijaya V. Pada aras kedelapan terdapat arca Phallus di samping kiri dan arca Sang Prabu Brawijaya yang digambarkan sebagai “Mahadewa”. Arca phallus melambangkan ucapan syukur atas kesuburan yang melimpah atas bumi dan sebuah pengharapan kepada Tuhan yang Maha Esa agar kesuburan yang dilimpahkan itu tak kan terputus selamanya.
Simbol arca Prabu Brawijaya menunjukkan keteladanan terhadap masyarakat tentang kepemimpinan beliau sebagai raja yang bèrbudi bawa leksana hambeg adil parama arta yang diyakini pula sebagai utusan Tuhan di muka bumi.
Pada aras ke sembilan merupakan aras tertinggi terdapat bangunan yang berbentuk kubus berukuran 1,50 m2 sebagai tempat pemanjatan doa. Jika diperhatikan di setiap aras terdapat gapura sebagai pintu masuk, pada aras pertama sangat lebar banyak orang bisa masuk secara bersama-sama, semakin keatas semakin menyempit dan pada gapura untuk masuk pada aras yang kesembilan atau yang tertinggi sangat sempit, hanya cukup untuk orang satu saja. Hal ini mengisyaratkan bahwa masuk pada aras ini sudah berupa pribadi-pribadi, tidak lagi ada kolektivitas sama sekali, benar-benar komunikasi personal antara manusia dengan Sang Pencipta.
Pada sebelah atas bangunan Candi Cetho terdapat “beji” (patirtan) sebuah bangunan yang digunakan tempat pengambilan tirta sebagai sarana untuk melaksanakan upacara ritual.
Ketika kita memasuki dari tingkat pertama hingga tertinggi, aura magis benar - benar sangat terasa. Apalagi ditambah dengan kesunyian lereng gunung Lawu yang sungguh membuat perasaan tentram merasuk ke pikiran kita. Apalagi bagi anda yang suka melakukan perjalanan spiritual, Candi Cetho candi paling tinggi di Jawa Tengah ini sangat cocok sekali untuk melakukan meditasi. Konon apabila kita melakukan meditasi di puncak tertinggi Candi Cetho dan berhasil sampai pada tingkat keheningan tertinggi maka segala keinginan baik kita akan bisa terwujud.
Ketika kita memasuki dari tingkat pertama hingga tertinggi, aura magis benar - benar sangat terasa. Apalagi ditambah dengan kesunyian lereng gunung Lawu yang sungguh membuat perasaan tentram merasuk ke pikiran kita. Apalagi bagi anda yang suka melakukan perjalanan spiritual, Candi Cetho candi paling tinggi di Jawa Tengah ini sangat cocok sekali untuk melakukan meditasi. Konon apabila kita melakukan meditasi di puncak tertinggi Candi Cetho dan berhasil sampai pada tingkat keheningan tertinggi maka segala keinginan baik kita akan bisa terwujud.