Di sisi timur Danau Batur atau lebih
tepatnya di Desa Trunyan, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali terdapat kuburan yang
cukup terkenal di seantero Bali, karena keunikan dan misterinya. Kuburan
tersebut bernama Kuburan Trunyan. Meskipun bernama kuburan, nyatanya jasad –
jasad manusia yang disemayamkan di tempat ini tidak dikubur melainkan
digeletakkan begitu saja dan disusun rapi.
Mendengar fakta ini mungkin kita langsung
berpikir bau busuk yang ditimbulkan oleh jasad–jasad yang ada disitu bisa
mengganggu aktivitas dan kenyamanan para warganya. Namun, pada kenyataannya
jasad – jasad yang diletakkan di kuburan Trunyan ini sama sekali tidak
mengeluarkan bau busuk. Mengapa bisa demikian?
Rupanya bau busuk yang ditimbulkan oleh
jasad di pemakaman Trunyan ini mampu diredam atau dinetralisir oleh pohon besar
bernama pohon Trunyan yang ada di kuburan tersebut. Pohon yang dikramatkan oleh
penduduk sekitar ini memiliki kemampuan untuk mengeluarkan bau harum yang
menyamarkan atau menghilangkan bau busuk dari jasad – jasad yang diletakkan di
bawahnya.
Nama desa Trunyan sendiri diambil dari
nama pohon ini, dimana nama Trunyan juga terdiri atas dua kata, yakni Taru yang
berarti pohon, dan Menyan yang artinya harum, jadi kalau digabung menjadi pohon
yang berbau harum.
Konon, menurut legenda dulunya bau pohon
Trunyan ini tercium sampai ke Keraton Solo yang notabene jaraknya beratus-ratus
kilometer dari Bali. Karena bau wangi itu, empat bersaudara dari Keraton Solo
memutuskan untuk melakukan perjalanan demi mencari sumber bau tersebut.
Setelah melakukan perjalanan jauh
melewati segala rintangan alam yang membentang, empat bersaudara yang terdiri
dari tiga laki – laki dan satu perempuan itu sampai di Desa Trunyan yang tidak
lain merupakan sumber bau harum tersebut. Sesampainya disana mereka mengetahui
bahwa pohon dan desa tersebut dijaga oleh seorang Dewi.
Salah satu dari tiga laki – laki yang
ikut dalam perjalanan tersebut diceritakan jatuh cinta dengan sang Dewi dan
tidak butuh waktu lama mereka pun melangsungkan pernikahan. Setelah menikah,
mereka mendirikan sebuah kerajaan kecil ditepi danau batur, tempat dimana pohon
Trunyan tumbuh.
Walaupun Dewi penunggu pohon tersebut
sudah menikah, namun pohon Trunyan tidak berhenti mengeluarkan bau harum. Dewi
yang khawatir pohon akan diserang kerajaan lain akhirnya memerintahkan penduduk
kerajaan tersebut untuk meletakkan jasad – jasad manusia yang sudah meninggal
di bawah pohon Trunyan agar baunya hilang. Akhirnya percobaan tersebut berhasil
dan bau wangi dari pohon tidak menyebar serta bau busuk dari jasad manusia di
bawahnya tidak tercium hingga ke perumahan warga.
Sejak saat itulah area sekitar pohon
Trunyan ini digunakan sebagai persemayaman jasad penduduk sekitar yang sudah
meninggal.
Karena jasad – jasad di sini tidak
dikubur seperti kuburan pada umumnya, tulang belulang manusia pun terlihat
tertata beraturan di tempat ini. Hal ini tentu membuat kuburan Trunyan tampak
sangat menyeramkan dibandingkan pemakaman biasa.
Jika anda ingin mengunjungi kuburan tanpa
bau ini, anda bisa menempuh jalur laut dengan menyewa perahu motor seharga Rp.
400.000,- dengan muatan maksimal 7 orang. Bagi anda yang suka dengan hal – hal
mistis, mengunjungi tempat ini sangat cocok karena anda akan disajikan dengan
aura mencekam dengan ratusan tulang belulang yang ada disana. Jangan lupa juga
untuk menjaga sikap dan juga bersedekah di tempat yang disediakan demi
perawatan kuburan Trunyan ini.